Uniknya berwisata ke Bantenterutama pada musim liburan lebaran atau idul Fitri, umumnya oranng-orang berwisata ke Banten sekaligus sambil berziarah ke berbagai tempat penzirahan yang sangat popular dan terkenal kharismatik, mulai dari komplek penziarahan Sultan Maulana Hasanuddin di Banten Lama, objek wisata religi Makam Syech Mansyur Cikadueun, Batu Quran, Gunung Santri, serta makam Syech Asnawi Caringin Kabupaten Pandeglang.
Wisata Religi di Banten
1) Komplek Penziarahan penziarahan Sultan Maulana Hasanuddin di Banten Lama
Salah satu tempat wisata religi yang sangat popular di Banten adalah pemakaman Sultan Maulana Hasanudin beserta keluarganya di Banten Lama, Kecamatan Kasemen, Serang, Banten. Tempat penziarahan yang sangat popular ini terletak di sisi utara Masjid Agung Banten kompleks Pemakaman terdapat dalam ruangan dan makam para pengawal serta kerabat lainnya berada di luar ruangan.
Di dalam ruangan terdapat 9 makam Sultan dan Keluarganya diataranya terdapat Sultan Maulana Hasanuddin dan istrinya, pengeran Ratu, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Abu Nasir Abdul Qohhar Sultan Maulana Muhammad dan Sultan Zainul Abidin. Terdapat dua makam yang banyak di ziarahi yaitu Sultan Maulana Hasanudin dan Sultan Abulmufakhir yang dikunjungi oleh peziarah.
Selain berziarah ke makam Sultan Hasanudin, mereka juga mendatangi museum situs purbakala yang lokasinya tidak jauh dari Masjid Agung Banten Lama.
2) Makam Syech Mansyur Cikadueun
Makam Syekh Mansyur terletak di Kampung Cikadueun, Desa Cikadueun, Kecamatan Cimanuk, Menurut kisah yang berkembang di masyarakat , Syekh Mansyur berkaitan dengan riwayat Sultan Haji atau Sultan Abu al Nasri Abdul al Qahar, Sultan Banten ke tujuh yang merupakan putera Sultan Ageng Tirtayasa. Masa pemerintahan Sultan Haji yang kooperatif dengan Belanda ini dipenuhi dengan pemberontakan dan kekacauan di segala bidang, bahkan sebagian masyarakat tidak mengakuinya sebagai sultan.
Karena riwayat Sultan Haji yang sangat memalukan dan memprihatinkan tersebut, maka timbullah berbagai cerita yang menyimpang dari data-data sejarah. Diceritakan bahwa yang melawan Sultan Ageng bukanlah Sultan Haji, melainkan orang yang menyerupai Sultan Haji yang berasal dari Pulau Putri atau Mejati. Orang ini datang ke Banten ketika Sultan Haji sedang menuaikan ibadah hajil ke Mekkah.
Setelah selesai menuaikan ibadah haji, Sultan Haji yang asli kembali ke Banten dan mendapati kenyataan Banten sedang dalam keadaan penuh huru hara. Untuk menghindari keadaan yang lebih buruk lagi, Sultan Haji pergi ke Cimanuk, tepatnya kearah Cikadueun, Pandeglang. Di Cikadueun ia menyebarkan agama Islam hingga wafat disana. Ia dikenal dengan nama Haji Mansyur atau Syekh Mansyur Cikadueun. Namun cerita seperti ini dari sisi sejarah sangat lemah, dan hanya di anggap sebagai cerita rakyat atau legenda ya ng mengandung nilai dan makna filosofis.
Sumber lain mengatakan , Syekh Mansyur Cikadueun adalah ulama besar yang berasal dari Jawa Timur yang hidup semasa dengan Syehk Nawawi al Bantani. Kedua tokoh tersebut terlibat langsung dalam perang Diponogoro ditangkap oleh Belanda, Syekh Mansyur dilkejar oleh Belanda dan akhirnya menetap di kampung Cikadueun, Syekh Nawawi kemballi ke Mekkah.
Kepurbakalaan yang terdapat di komplek makam Syekh Mansyur Cikadueun ini hanyalah batu nisan pada makam Syekh Mansyur yang tipologinya menyerupai batu nisan tipe Aceh. Nisan ini memiliki bentuk dasar pipih, bagian kepala memiliki dua undakan, makin keatas makin mengecil. Pada bagian atas badan nisan terdapat tonjolan berbentuk tanduk. Hiasan berupa sulur daun dan tanaman terdapat hampir diseluruh badan nisan tanpa ragam hias kaligrafi
3) Makam syekh Asnawi Caringin
Makam syekh Asnawi atau akam KH. Muhammad Asnawi (Syekh Asnawi bin Abdul Rohman) yang wafat pada tahun 13356 H (1937 M) yang terletak di tepi pantai, Desa Caringin, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang.
Makam ini terletak 350 cm sebelah barat masjid Caringin yang merupakan salah satu situs bersejarah. Tokoh yang dimakamkan adalah KH. Muhammad Asnawi, pendiri Masjid Caringin. Makam berada dalam satu bangunan berukuran 15 x 8 m. Pintu masuknya terdapat di dinding utara. Makam dikelilingi pagar besi dan ditutup dan ditutup kain hijau, terdiri atas jirat dan nisan. Jirat berbentuk persegi empat memanjang daru utara-selatan. Di atas jirat terdapat dua buah nisan yaitu nisan kepala terbuat dari batu andesit dan bentuknya lonjong. Nisan yang satu lagi bagian kaki berbentuk pipih dan mamer terdapat tulisan Arab yang berbunyi “Syekh Asnawi wafat 13 Rabiul Akhir 1356 H (1937 M)”. Kedua nisan tersebut dibungkus kain putih
Selain ketiga tempat wisata religi tersebut di atas, maih terdapat tempat wisata religi lainnya yang banyak dikunjungi di anataranya antara lain Makam Syekh Daud di Labuan, Makam Syekh Abdul Jabbar di Karangtanjung, Makam Syekh Rako di Gunung Karang Pandeglang, Makam Syekh Royani di Kadupinang Pandeglang, Makam Syekh Armin di Cibuntu Pandeglang, makam Abuya Dimyati di Cidahu Pandeglang, Makam Ki Bustomi di Cisantri Pandeglang, Makam Nyimas Gandasari di Panimbang.
4) Makam Syekh Muhammad Sholeh di Gunung Santri
Gunung santri merupakan salah satu bukit dan nama kampung yang ada di Desa Bojonegara, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang. Di puncak gunungnya terdapat makam Syekh Muhammad Sholeh.
Syekh Muhammad Sholeh adalah Santri dari Sunan Ampel, setelah menimba ilmu beliau menemui Sultan Syarif Hidayatullah atau lebih di kenal dengan gelar Sunan Gunung Jati (ayahanda dari Sultan Hasanudin) pada masa itu penguasa Cirebon.
 |
Makam Syekh Muhammad Sholeh di Gunung Santri |
Syekh Muhamad Sholeh bisa menyerupai bentuk ayam jago seperti halnya ayam jago biasa. Hal ini terjadi karena kekuasaan Allah SWT. Karena cerita tersebut banyak warga yang datang untuk melihat langsung makam Syekh Muhamad Sholeh yang bisa menyerupai ayam jago itu.
Beliau Wafat pada usia 76 Tahun dan beliau berpesan kepada santrinya jika dia wafat untuk dimakamkan di Gunung Santri.
Jarak tempuh dari kaki bukit menuju puncak bejarak 500 M hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Jalan menuju makam Waliyullah tersebut mencapai kemiringan 70-75 Derajat sehingga membutuhkan stamina yang prima untuk mencapai tujuan jika akan berziarah.
5) Tempat ziarah atau Penziarahan lainnya di Kabupaten Pandeglang
Selain yng disebutkan di atas, terdapat beberapa tempat ziarah atau penzirahan di Pandeglang provinsi Banten yang juga banyak dikunjungi. Di antara Tempat ziarah atau makam keramat di daerah Pandeglang yang banyak diziarahi oleh masyarakat, termasuk masyarakat dari luar daerah, antara lain:
1. Makam Syekh Abdul Jabbar di Karangtanjung
2. Makam Syekh Daud di Labuan
3. Makam Syekh Rako di Gunung Karang
4. Makam Syekh Royani di Kadupinang
5. Makam Syekh Armin di Cibuntu
6. Makam Abuya Dimyati di Cidahu
7. Makam Ki Bustomi di Cisantri
8. Makam Nyimas Gandasari di Panimbang.